Kamis, 16 Juni 2011

IPTEK

BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mempunyai kaitan yang sangat erat.Seperti diketahui, IPTEK menjadi bagian utama dalam isi pengajaran dengan kata lain, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan IPTEK. Dari sisi lain, setiap perkembangan IPTEK harus segara diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segara memasukan hasil pengembang IPTEK itu kedalam isi bahan ajaran. Sebaiknya, pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang IPTEK, utamanya ilmu-ilmu perilaku (pisikologi,sosiologi,antropologi). Seiring dengan kemajuan IPTEK yang pesat, demikian pula dengan cabang-cabang khusus dari ilmu-ilmu perilaku yang mengkaji pendidikan seperti pisikologi pendidikan dan sosiologi pendidikan. Kemajuan cabang-cabang ilmu tersebut menyebabkan tersedianya informasi empiris yang cepat dan tepat,dan pada gilirannya diterjemahkan menjadi program alat dan atau prosedur kerja yang akan bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan.
Dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dalam segala aspeknya mau tak mau harus mengakomodasi perkembangan itu, baik perkembangan IPTEK maupun perkembangan masyarakat. Dari sisi lain, pendidikan formal telah berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi suatu lingkup kegiatan yang luas dan komples. Kosekuensi perkembangan pendidikan itu menyebabkan penataan kelembaggaan pemantapan struktur organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan dan lain-lain haruslah dilakukan dengan pemanfaatan IPTEK itu. Selanjutnya, karena kebutuhan pendidikan yang sangat mendesak maka banyak teknologi di bidang ilmu segera diadopsi ke dalam penyelanggaraan pendidikan, dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh pendidikan itu.


a. Pengertian Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknolog (IPTEK)

Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan kedudukan masing-masing, yakni pengetahuan, ilmu pengetuhan teknologi, serta istilah lain yang terkait dengannya. Pengetauan
( knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melaui berbagia cara pengindraan terhadap fakta, penalaran ( rasio) . intuisi dan wahyu pengetuhan yang memenuhi criteria dari segi ontologism, epistomologis dan akiologis secra konsekuen dan penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science), kata sifatnya adalah ilmiah atau keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuan. Dengan demikian pengetauan meliputi berbagai cabang ilmu ( ilmu-ilmu social, atau social sciences, dan ilmu-ilmu alam tau natural seciencis ), humaniora (semi filsafat bahasa dan sebaginya) serta wahyu keagamaan atau yang sejenisnya. Dilihat dari segi tujuan pokoknya, sering pula dibedakan ilmu dasar ( basic science ) dan ilmu wajah dunia dalam berbagai bidang serta memajukan kesejahteraan manusia. Namun kita juga menyaksikan bagaimana ilmu digunakan untuk mengancam maratabat dan kebudayaan manusia. Oleh karena itu, ilmu sering dianggap netral, ilmu itu bebas dari nilai baik atau buruk, dan sangat tergantung dari nilai moral si empunya ilmu
( ilmuan). Dengan kata lain, manusia pemilik ilmu yang harus menentukan apakah ilmunya itu bermanfaat bagi manusi atau sebaliknya ( jujun S.suria-sumantri, 1978:35-36).
Seperti telah dikemukakan, pengetahuan yang memenuhi ketiga landasan tersebut diatas ( ontologism,epistemologis dan oksiologis ) yang disebut ilmu aatau ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi itu, serta manfaaat dari informasi itu. Ketiga sisi ilmu pengetahuan itu seharusnya mendapat perhatian yang profosional didalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar iptek dan calon pakai IPTEK itu. Dengan demikian, pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan perkembangan tersebut.

b. Perkembang IPTEK sebagai Landasan Ilmiah

Iptek merupak salah satu dari hasil usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis menunjukan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa mesir purba dimana banjir tahunan sungai nil menyebabkan perke,mbangannya sisitem almanak,geometri dan kegiatan survei. Selanjutnya pengembangan ilmu yang menonjol berturut-turut oleh bangsa babylonia, Hindu, Yunani Kuno, Arab di zaman pemulaan Islam, dan melaui bangsa-bangsa Eropa menyebar keseluruh Dunia perkembangan ilmu tersebut meliputi aspek ontologis epistomologis, maupun axiologis, serta makin lama perkembangan itu makin di percepat . paqda zaman dulu ,manusia purba senantiasa menghadapi kekuasaan alam yang mendominasi kehidupannya . berkat perkembangan IPTEK ,hubungan kekuasaan antara manusia dan alam itu dapat dikatakan terbalik ;alam kini dibawah kekuasaan manusia (Filsafat ilmu ,1981 :166 ) .
Seperti telah di kemukakan , pengembangan dan pemanpaatan IPTEK pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan : penelitian dasar , penelitian terapan , pengembangan teknologi , dan penerapan teknologi ,serta biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis –politis –religius . langkah terakhir itu diperlukan untuk menentukan apakah hasil IPTEK itu dapat diterima oleh masyarakat dan apakah dampaknya tidak bertentangan dengan nilai-nilai pada orang lain ( orang tuanya , utamanya ibunya ). Namun memiliki potensi yang hampir tanpa batas untk dikembangkan .Bayi itu melalui pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat merancang dan membuat pesawat angkasa luar yang dapat menjelajah luar angkasa, dan mampu merekayasa genetika yang memicu revolusi hijau dengan berbagi bibit unggul, ataupun sebaliknya mampu membuat bom yang dapat menghancurkan manusia dan kebudayaannya.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang member arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecendrungan umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Diantara asas tersebut tiga buah asas akan dikaji mlebih lanjut dalam paparan ini yaitu :

1.Asas Tut Wuri Handayani

Asas tut wuri handayani, yang kini menjadi semboyan DEPDIKBUD, pada awalnya merupakan salah satu dari “asas 1992” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman Siswa (didirikan 3 Juli 1992). Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari system Among dari perguruan itu. Asas ataupun semboyan tut wuri handayani yang dikemundangkan oleh Ki Hajar Dewantara itu mendapatkan tanggapan yan positif dari Drs.RMP Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa ) dengan menambahkan dua semboyan untuk melengkapinya,yakni :
*Ing Ngarso Sung Tulodo
*Ing madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu kesatuan asas.

Agar diperoleh latar keberlakuan awal dari azas Tut Wuri Handayani,perlu dikemukakan ketujuh azas perguruan nasional taman siswa tersebut. Seperti diketahui Perguruan Nasional Taman Siswa yang lahir pada tanggal 3 juli 1922 berdiri diatas tujuh azas yang merupakan azas perjuangan untuk menghadapi pemerintah colonial belanda serta sekaligus untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan sifat yang nasional dan demokrasi. Ketujuh azas tersebut secara singkat disebut ”Azas 1922”adalah sebagai berikut:


a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan umum.

b. Bahwa pengajaranharus member pengetahuan yang berfaedah,yang dalam arti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.

c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.

d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat

e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnyalahir maupun bathin hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri,dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat, baik berupa ikatan lahir maupun ikatan bathin.

f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.

g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak.

Asas tut wuri handayani merupakan inti dari asas pertama (butir a) yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dala peri kehidupan umum. Dari asasnya yang pertama ini jelas bahwa tujuan yang hendak di capai oleh taman siswa adalah kehidupan yang tertib dan damai. Kehidupan yang tertib dan damai hendaknya dicapai menurut dasar kodrat alam sebagai sifat lahir dan manifestasi kekuasaan tuhan. Asas ini pulalah yang mendorong taman siswa untuk mengganti system pendidikan cara lamah yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman dengan system khas taman siswa, yang didasarkan pada perkembangan kodratnya. Dara asas ini pulalah lahir “system Among”, dalam cara mana guru memperoleh sebutan “Pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan “Tut Wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan member kesempatan pada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa, Pamong hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencapuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila mereka sendiri tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan atau gerak majunya. Jadi, “Sistem Among adalah cara pendidikan yang dipakai dalam system taman siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingati dan mementingkan kodrat-irodatnya para siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.
Dua semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari tut wuri handayani pada hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni tidak ada unsur perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang dapat mengurangi kebebasan anak untuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri. Dari sisi lain, pendidik setiap saat siap untuk ulur tangan apabila diperlukan oleh anak. Ing Ngarsa Sung tulada (depan member contoh) baikkarena kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Ing Madya mangun karsa (ditengah membangkitkan kehendak) diterapkan dalam situasi kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan memperkuat motivasi ketiga semboyan tersebut sebagai satu kesatuan asas (ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani) telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia.




2.ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT

Asas belajar sepamjang hayat (lifelong learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (lifelong education). Oleh karena itu, UNISCO Institut for Education (UIE Hamburg) menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus (1)meliputi seluruh hidup setiap individu, (2)mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara sistematis pengetahuan,keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya, (3)tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfiment) setiap individu, (4) meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri

3.ASAS KEMADIRIAN DALAM BELAJAR

Asas ini menghendaki peserta didik mempunyai kebiasaan mandiri dalam belajar. Dalam hal ini, peserta didik tidak selalu menggantungkan diri kepada guru dan orang tua dalam belajar. Peserta didik diharapkan punya kesadaran yang tinggi untuk belajar,punya jadwal belajar dan disiplin dalam melaksanakannya. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif,kreatif dan penuh inisiatif dalam belajar.

1 komentar: